Kampanye hitam tetap akan mewarnai kontestasi dalam setiap pilkada,” kata Pangi saat dihubungi Okezone, Jakarta, Jumat (28/10/2016).
Menurut Pangi, dibutuhkan kelihaian untuk meminimalisasi terjadinya kampanye hitam. Masing-masing calon harus mampu mengeksplorasi kekurangan menjadi sebuah kelebihan.
“Dibutuhkan kelihaian bagaimana meminimalisasi kekurangan atau titik kelemahan dan memperluas jelajah eksplorasi apa yang menjadi keunggulan dan kelebihan sang jawara. Sehingga menjadi salah satu alasan utama masyarakat menjatuhkan pilihannya di bilik suara pada hari pencoblosan,” paparnya.
Pangi pun mengimbau masyarakat supaya waspada dan “berkepala batu”, serta kritis dalam menerima informasi saat masa kampanye. Pasalnya, ada banyak informasi yang kebenarannya tidak bisa dipertanggungjawabkan selama masa kampanye.
“Jangan sampai masyarakat kehilangan rasional dan tidak commen sense, melahap informasi tanpa ada taken for granted. Masyarakat harus kritis dan “berkepala batu” sehingga tak mudah terpengaruh dan diprovokasi hal yang tak produktif. Harus memasang baju antipeluru, ketika pesan negatif ditembakkan seperti SARA, bisa memantul kembali (counter),” tutupnya.