JawaPos.com – Ditangkapnya Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Patrialis Akbar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam operasi tankap tangan (OTT) pada Kamis (26/1), disinyalir bagian dari bentuk penyanderaan terhadap kelompok oposisi atau orang-orang yang dianggap berafiliasi dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Pasalnya sejauh ini orang-orang yang menjadi pesakitan di lembaga antirasywah itu dikenal cukup berjaya dan dekat dengan penguasa di era SBY dulunya.

Hal itu diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Voxpol Centre Pangi Syarwi Chaniago. Dia menyebut, Patrialis Akbar dan Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar yang dijadikan status tersangka oleh KPK pekan lalu, merupakan orang orang dekat dan pernah bekerja dengan SBY.

“Maka biasanya yang selama ini berseberangan dimainkan kartu-kartu sandera sehingga jangan kritis lagi,” ujar Pangi kepada JawaPos.com, Kamis (26/1).

Oleh sebab itu, sambungnya, inilah repotnya jadi pejabat, setelah rezim berganti lalu satu per satu disikat. Namun yang harus diingat rezim sekarang juga akan mendapat perlakuan yang sama setelah tak berkuasa lagi. “Akan jadi bulan bulanan rezim berkuasa,” katanya.

Pangi Syarwi Chaniago menegaskan, selama ini pemberantasan korupsi lebih kental aroma politik. Sedikit sekali yang murni penegakkan hukum. Biasanya dimainkan politik saling sandera, untuk menaklukkan lawan politik. “Kalau macam-macam atau terlalu kritis, maka kubu oposisi ditangkap satu satu karena peristiwa hukum masa lalu,” tuturnya.

Untuk itu, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta ini berharap agenda pemberantasan korupsi agar lebih murni penegakan hukum. Bukan karena ada unsur di belakangnya. “Sehingga enggak ada aroma politisnya untuk membungkam suara oposisi,” ungkapnya.(cr2/JPG)

 

Leave a Reply