Metrotvnews.com, Jakarta: Pilkada DKI Jakarta masuk putaran kedua. Dua pasangan calon gubernur DKI Jakarta yang masuk ke putaran kedua dinilai bakal berebut suara golput yang mencapai 23 persen. Namun itu bukan hal mudah.

“Menyasar suara golput memang bukan perkara gampang atau sepele, dibutuhkan kemahiran dan kelihaian untuk menarik intuisi mereka,” kata Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago saat berbincang dengan Metrotvnews.com, Selasa 7 Maret 2017.

Angka golput ini lebih besar dibanding raihan pasangan calon nomor urut satu Agus Harimurti Yudhoyono-Syvliana Murni. Pada putaran pertama, AHY-Sylvi meraih 17,05 persen suara.

Baca: 1,6 Juta Warga Jakarta Golput di Pilkada DKI

Pangi menjelaskan, ada tiga jenis pemilih golput. Golput ideologis, teknis, dan administratif. Pangi menilai, sangat sulit menarik perhatian pemilih golput ideologis.

Golongan ini sangat rasional. Mereka menilai diperlakukan sebagai objek dan seringkali ditipu oleh politikus. “Sehingga bagi mereka pilkada tidak mampu mengubah nasib dan kehidupan mereka lebih baik lagi,” jelas Pangi.

Sedangkan golput teknis dan administratif muncul karena kurang sigapnya penyelenggara pemilu. Mereka tak bisa menyetor suara karena terbelenggu aturan yang ada.

Baca: Beragam Alasan Warga Golput

Pangi menilai, mereka yang belum memutuskan pilihan bisa menjadi lumbung elektoral bagi kedua pasangan calon. Kedua pasangan calon harus bekerja keras memastikan pemilih untuk memilih mereka.

“Meyakinkan bahwa merekalah yang paling siap, paling mampu, dan paling layak dipilih. Sehingga tidak ada suara golput yang tercecer,” ucap Pangi.

Pangi menilai, kedua pasangan calon harus bisa memanfaatkan momentum untuk menarik perhatian calon pemilih. Tak hanya melalui kampanye tatap muka, tapi juga debat publik. “Jelas bahwa mereka yang mampu merebut panggung debat dengan menawarkan program hebat dan masuk akal yang bisa menarik simpati publik,” kata dia

Leave a Reply