JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai mendapat keuntungan secara politik‎ dari pertemuannya dengan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kemarin. Pertemuan itu mengindikasikan pemerintahan Jokowi akan berjalan mulus tanpa gangguan.

Menurut Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago, ‎sejauh ini yang kerap merecoki Pemerintahan Jokowi salah satunya adalah Partai Demokrat yang dipimpin SBY.

‎”The real oposisi bukan Gerindra atau Prabowo namun Partai Demokrat dan PKS‎ (Partai Keadilan Sejahtera),” ujar Pangi saat dihubungi SINDOnews, Jumat (10/3/2017).

Pangi menilai, kehadiran SBY ke Istana mengindikasikan SBY takluk di pangkuan Jokowi dengan syarat. Hal itu merupakan kesan yang ditangkap oleh publik. Menurutnya pertemuan kemarin menguntungkan Jokowi secara politik.

“Selama ini yang sering menganggu pemerintah adalah Partai Demokrat. Namun lagunya Demokrat akan beda setelah bertemu presiden Jokowi. Selalu dalam pertemuan bicara apa, siapa, dapat apa, dan bagaimana,” tuturnya.

Pangi berpendapat, untuk mencermati pertemuan antara Jokowi dan SBY bisa ditarik sintesa awal bahwa, sebagai ‘the real’ oposisi, Demokrat sudah mulai meluntur.

Berikutnya, tudingan yang dilayangkan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar kepada SBY menjadi kartu mati buat SBY. Meski mengklaim tak ada hubungannya pernyataan Antasari dengan pemerintah, polemik itu dianggap menguntungkan pemerintah, karena SBY merasa tersandera.

Hal lain kata Pangi, meski pertemuan itu diakui tak ada hubungannya dengan agenda politik, pertemuan antara Presiden dan mantan Presiden yang ‘berseberangan’ secara politik dianggap memiliki deal politik.

“Jadi misi SBY adalah mengamankan posisinya yang kian terdesak sehingga mau bertemu Presiden Jokowi. Kalau soal bergabung Partai Demokrat ke pemerintah mungkin belum namun SBY minta perlindungan dan cari aman ke Pemerintahan Jokowi,” pungkasnya.

Leave a Reply