Jakarta, CNN Indonesia — Enam bulan lalu, tepatnya 8 Agustus 2016, Koalisi Kekeluargaan yang terdiri dari PDIP, Gerindra, Demokrat, PAN, PPP, PKB, dan PKS terbentuk untuk menghadapi Pilkada DKI Jakarta 2017.

Koalisi yang diinisiasi para petinggi ketujuh partai di tingkatan Jakarta itu bersepakat mengusung calon selain petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang saat itu masih maju melalui jalur independen dengan ditopang Golkar, NasDem, dan Hanura.

Namun, alih-alih mengusung satu nama, Koalisi Kekeluargaan pada saat itu ternyata belum menentukan pilihan pasangan calon. Alhasil, koalisi pun terbelah di tengah jalan seiring keputusan PDIP yang kembali mengusung Ahok-Djarot Saiful Hidayat.

Keenam partai tersisa pun tak satu suara mengusung calon yang sama. Drama penentuan bakal pasangan calon tersaji di menit-menit akhir tenggat masa pendaftaran yang ditentukan KPU DKI Jakarta, Jumat 23 September 2016.

Dimotori Partai Demokrat, Poros Cikeas pun terbentuk dengan melibatkan PPP, PKB dan PAN. Mereka sepakat mengusung pasangan calon kejutan, yakni Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.

Partai Gerindra dan PKS yang menjadi dua partai tersisa di Koalisi Kekeluargaan lantas mengambil keputusan usai menjalani konsolidasi maraton hingga Jumat 23 September sebelum batas pendaftaran dengan mengusung Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Pada akhirnya putaran pertama Pilkada DKI Jakarta 2017 berdasarkan penghitungan quick realcount KPU DKI Jakarta dari data pemindaian form C1 menunjukan pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi yang melengang ke putaran kedua.

Dalam penghitungan tersebut, Agus-Sylvi hanya mendapat suara sebanyak 936.609 (17,07 persen), Ahok-Djarot 2.357.637 (42,96 persen), dan Anies-Sandi sebesar 2.193.636 (39,97 persen). Adapun jumlah golput 1.655.037 atau mencapai 23 persen.

Potensi di Putaran Kedua

Potensi kembalinya Koalisi Kekeluargaan di putaran kedua mulai terlihat dengan pernyataan dukungan dari PAN, PKB, dan PPP di tingkatan Jakarta kepada Anies-Sandi.

Potensi ini pun langsung disampaikan Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta Muhammad Taufik. Dia mengklaim, bahwa Koalisi Kekeluargaan yang sempat digagas saat pilkada belum dimulai, akan kembali merapat.

“Sekarang kembali lagi keluarga yang menyatu. Demokrat, PAN, PPP, PKB, Gerindra, dan PKS. Sekarang putaran dua Insya Allah koalisi kekeluargaan kembali lagi menjadi utuh,” kata Taufik di Posko Pemenangan, Cicurug, Jakarta, kemarin.

Meski demikian, pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago memandang pesimistis Koalisi Kekeluargaan bakal bersatu kembali di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017.

“Koalisi kekeluargaan saya kira hanya tinggal kenangan. Yang ada hanya persekongkolan, koalisi pragmatis, bicara apa, siapa, bagaimana dan saya dapat apa?” ujar Pangi kepada CNNIndonesia.com, Kamis (23/2).

Apalagi menurut Pangi, Partai Demokrat yang tergabung dalam Koalisi Kekeluargaan, cenderung tidak akan memberi dukungannya baik kepada Anies-Sandi maupun Ahok-Djarot.

“Kalau Demokrat saya kira sudah tutup buku. Kemungkinan sama dengan pola Pilpres 2014. Tidak kemana-mana, sebagai penyeimbang,” ujarnya.

Secara matematis, Koalisi Kekeluargaan minus PDIP memiliki total 54 dari 106 di kursi DPRD DKI Jakarta periode 2014-2019. Jumlah kursi itu hanya unggul tipis dengan partai politik pengusung Ahok, yakni PDIP, Golkar, Hanura, dan NasDem yang memiliki total 52 kursi legislatif.

Jumlah kursi Koalisi Kekeluargaan juga dapat berkurang jika nantinya Partai Demokrat yang memiliki sepuluh kursi, tidak jadi merapat. Alhasil, Koalisi Kekeluargaan tanpa PDIP dan Demokrat hanya mempunyai kekuatan 44 kursi.

Menurut Pangi, kandidat yang diusung banyak partai politik pun tidak menjadi jaminan dapat memenangkan kontestasi elektoral. Meskipun, peran partai politik disebut tetap dibutuhkan.

“Faktor kapasitas, narasi dan track record figur jauh lebih punya efek dibandingkan suntikan kekuatan parpol,” ujarnya.

Lebih lanjut, Pangi menilai limpahan dukungan partai politik pengusung Agus-Sylvi, atau nantinya jika kembali tergabung dalam Koalisi Kekeluargaan tidak terlalu memberi dampak signifikan terhadap kenaikan perolehan suara Anies-Sandi.

“Buktinya kemarin, PPP, PAN, PKB, dan Demokrat tidak terlalu signifikan untuk meningkatkan bobot elektoral Agus-Sylvi,” kata Pangi.

Untuk itu, Pangi menyarankan, baik pasangan Anies-Sandi maupun Ahok-Djarot untuk lebih fokus menggaet dukungan dari warga melalui penajaman program-program yang sudah disampaikan saat kampanye putaran pertama berlangsung. (obs)

Leave a Reply