JAKARTA, KOMPAS.com – Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto dinilai masih belum bisa terlepas dari pengaruh Aburizal Bakrie.

Hal tersebut dapat dilihat dari langkah Novanto menunjuk dua orang dekat Aburizal, Idrus Marham dan Nurdin Halid sebagai sekjen dan ketua harian di kepengurusannya.

“Itu juga mengapa Idrus dan Nurdin Halid tidak maju bertarung caketum Golkar. Saya kira sudah ada pembicaraan pengelolaan kekuasaan,” kata Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago, saat dihubungi, Minggu (22/5/2016) malam.

“Artinya Golkar hari ini tidak bisa lepas dari bayang bayang Aburizal. Paling tepat saya menyebutnya bahwa Setya Novanto hanya ‘boneka’ Aburizal,” ujarnya.

Aburizal memang bukan lagi ketua umum Partai Golkar dan kini hanya berstatus sebagai Ketua Dewan Pembina. Namun, pengaruhnya di Golkar masih kental dan mempesona.

(Baca: Novanto Tunjuk Idrus Marham sebagai Sekjen Golkar, Nurdin Halid Jadi Ketua Harian)

Pangi menjelaskan, tak bisa dipungkiri bahwa terpilihnya Setya Novanto menjadi ketua umum Partai Golkar juga karena lobi-lobi Aburizal.

Menurut Pangi, lobi itu termasuk permintaaan Ade Komarudin mundur dari bursa calon ketua umum. Kalau diteruskan niatnya bertarung di putaran kedua, maka jabatan ketua DPR jadi taruhannya.

“Jadi sudah ada deal politik pada waktu itu. Kalau Akom tidak mundur, maka Akom sudah mati kutu dan dibersihkan oleh kubu Setnov,” ucap Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Dengan pengaruh besar Aburizal di kemenangan Setya Novanto, lanjut Pangi, maka Novanto pun mau tak mau tetap berada di bawah pengaruh Aburizal.

Pengaruh ini termasuk dalam memilih kepengurusan inti yang akan mendampinginya memimpin Golkar selama tiga tahun ke depan.

Pangi khawatir, orang-orang Aburizal seperti Nurdin Halid dan Idrus Marham justru akan menjadi beban bagi partai berlambang pohon beringin itu untuk menuju perubahan.

“Kalau Golkar masih di bawah pengaruh dan bayang bayang ARB, maka sulit Golkar menjadi partai yang maju dan modern,” ucapnya.

Leave a Reply