JAKARTA, [NEWSmedia] – Manuver politik Partai Perindo yang menyatakan akan mendukung Joko Widodo pada Pemilu 2019, menurut pengamat politik dari Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago menilai, tak lepas dari kasus hukum yang menjerat Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo. 

Selama ini, partai yang didirikan Hary Tanoe, yang juga bos MNC Group itu, kritis terhadap pemerintah. Hary saat ini berstatus tersangka kasus dugaan ancaman melalui pesan singkat kepada Subdirektorat Penyidik Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Yulianto.

Kejaksaan Agung juga tengah menyelidiki tindak pidana korupsi terhadap pembayaran restitusi atas permohonan PT Mobile 8 Telecom tahun 2007-2008, yang diduga melibatkan Hary Tanoe sebagai komisaris di perusahaan tersebut.

“Setelah HT (Hary Tanoesoedibjo) disandera kasus SMS dan menjadi tersangka, HT mulai berpikir rasional,” kata Pangi, Rabu (2/8/2017).

Menurut Pangi, Hary semakin memahami realitas politik. Jika terus menerus mengkritik pemerintah dan menjadi bagian oposisi, hal tersebut tidak baik bagi eksistensi Perindo dan nasib Hary sendiri.

“Ini kemenangan politik Jokowi. Akhirnya HT dan medianya, yang selama ini garang mengkritik kebijakan pemerintah menyerah tanpa syarat dan tersungkur di depan Jokowi,” kata Pangi.

Ia menduga deal politik yang membuat Hary Tanoesoedibjo membawa partainya untuk mendukung Jokowi. Mengutip teori D Laswell, kata Pangi, politik selalu bicara apa, dapat apa, siapa, bagaimana dan di mana.

“Mungkin paling tidak sudah ada tim Jokowi yang menemui HT, ada deal ke arah itu. Karena memang MNC Group terlalu bising dan runcing runcing mengkritik pemerintah,” kata Pangi.

“Tidak mungkin tidak ada deal-deal politik, apalagi HT menguasai media. Dugaan saya dukungan ke Jokowi berpotensi HT lolos atau selamat dari kasus hukum yang sedang menjeratnya,” lanjut Direktur Eksekutif Voxpol Center ini.

Sementara, pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio menyebutkan, Ketum Perindo Hary Tanoesoedibjo yang dulu mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2014, kini beralih mendukung Jokowi. membuktikan kalau HT bukanlah seorang politisi.

“Dia membuktikan saja bahwa Hary Tanoe itu bukan politisi, dia itu pebisnis saja. Jadi dia bukan politisi yang kuat secara ideologis jadi mudah goyah ketika digertak kekuasaan,” kata pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, kepada wartawan, Rabu (2/8/2017).

Hendri memandang kepentingan Hary Tanoe utamanya untuk menyelamatkan kepentingan bisnisnya. “Merapat ke Jokowi sama merapat ke kekuasaan itu beda, dia sedang merapat ke kekuasaan supaya bisnisnya aman,” kata Hendri.

Lantas apakah dukungan Hary Tanoe akan bermanfaat untuk Jokowi di Pilpres 2019? Menurut Hendry itu masih belum bisa dibuktikan saat ini, apalagi secara elektoral Perindo belum terbukti kuat.

“Nanti ke depannya akan menguntungkan Jokowi atau tidak ya kita lihat saja 2019, masih lama,” katanya

Leave a Reply